Produk Rotan Harus Dikelola Secara Terpadu
Industri rotan Indonesia disinyalir kalah bersaing dengan negara-negara Asia lainnya, karena kurangnya inovasi terutama untuk bidang furniture. Sebelum ada regulasi yang baru, bahan baku rotan kita bebas diekspor ke luar negeri. Negara Cina paling mampu menerapkan inovasi desain produk rotan untuk furniture yang bahan bakunya justru dari Indonesia.
Anggota Komisi VI DPR RI Atte Sugandi (F-PD) mengatakan, “Kalau kalah bersaing saya kira tidak. Bahan baku rotan kita nomor satu di dunia,” katanya kepada Parlementaria, Selasa (26/2). Kalau untuk desain produk rotan, kataAtte, Indonesia memang kalah bersaing dengan negara-negara lain.
Sejak tahun 1960-1970an semua jenis rotan Indonesia masih bebas diekspor. Kini, sudah ada pembatasan ekspor bahan baku rotan. Ada jenis rotan tertentu seperti manong, yaitu jenis rotan besar yang dilarang untuk diekspor. Selama ini banyak bahan baku rotan dari Indonesia dipasarkan ke negara-negara Asia seperti Cina. Dan ternyata, bahan baku rotan Indonesia itu dijadikan produk furnitureyang menarik dan diekspor ke Amerika oleh Cina.
Ironis, sebagai negara yang memiliki kekayaan rotan melimpah, justru kalah bersaing dalam hal inovasi produk rotan. Cina telah berinovasi lebih jauh dengan menghasilkan desain furnitureyang kreatif yang bahan baku rotannnya dari Indonesia. Menurut Atte, perlu ada pengelolaan secara terpadu industri rotan nasional.
Jadi, para produsen rotan harus bekerja sama dengan kalangan perguruan tinggi untuk mengelolainovasi produk berbahan dasar rotan. Sehingga, ke depan Inonesia punya desain-desain menarik untuk kerajinan dan furniture. “Gimana pun juga desain itu harus menyesuaikan dengan keinginan pasar.” (mh)/foto:iwan armanias/parle.